indokliknews.com

Situs Media Informasi Aktual, Akurat, Terkini dan Inspiratif

Karakter Paslon di Pilkada 2024: Dinamika Politik dan Psikologis yang Menarik Perhatian

Karakter Paslon di Pilkada 2024: Dinamika Politik dan Psikologis yang Menarik Perhatian

Smallest Font
Largest Font

Oleh: Idat Mustari

INDOKLIKNEWS.COM. Kab. Bandung, - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024 telah berlangsung dengan berbagai dinamika politik di seluruh wilayah Indonesia. Hasil resmi pemenang Pilkada akan diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 15 Desember 2025, tetapi beberapa daerah telah mengetahui pemenangnya melalui rekapitulasi suara yang dilakukan KPU tingkat kota atau kabupaten.

Salah satu contoh menarik adalah Pilkada Kabupaten Bandung, yang mempertemukan dua pasangan calon (paslon). Berdasarkan data rekapitulasi KPU Kabupaten Bandung:

Pasangan Dadang Supriatna-Ali Syakieb (nomor urut 2) memperoleh 1.046.344 suara (55,85%), unggul atas

Pasangan Sahrul Gunawan-Gun Gun Gunawan (nomor urut 1) yang memperoleh 827.240 suara (44,15%).

Dengan hasil ini, pasangan Dadang-Ali Syakieb diproyeksikan sebagai pemenang Pilkada Kabupaten Bandung 2024, mengungguli kompetitornya dengan selisih suara signifikan.

Kompleksitas Konstelasi Paslon di Daerah Lain
Di berbagai daerah, Pilkada diikuti dengan format paslon yang beragam:

1. Satu Paslon Melawan Kotak Kosong
Dalam format ini, meskipun secara aturan paslon cenderung menang, ada kasus unik di mana paslon kalah dari kotak kosong. Kekalahan tersebut memberikan tekanan psikologis yang berat bagi paslon, karena dianggap gagal total mendapatkan legitimasi masyarakat.

2. Dua Paslon (Head-to-Head)
Pertarungan dua paslon biasanya berlangsung sengit. Kekalahan dalam format ini kerap disikapi dengan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Gugatan ini merupakan hak konstitusional paslon, meskipun prosesnya bisa memicu ketegangan sosial dan memperpanjang polarisasi di masyarakat.

3. Tiga atau Lebih Paslon
Pilkada dengan tiga atau lebih paslon menciptakan dinamika yang berbeda. Kekalahan terasa lebih ringan bagi paslon yang kalah, karena mereka tidak sendirian.

Solidaritas antar-paslon yang kalah sering terlihat di daerah dengan format ini, dan respons terhadap kekalahan lebih damai dibandingkan format head-to-head.

Dampak Psikologis dan Sosial Pasca-Pilkada
Hasil Pilkada tidak hanya memengaruhi paslon, tetapi juga masyarakat. Di daerah dengan persaingan ketat, masyarakat cenderung terpolarisasi. Kondisi ini dapat menciptakan konflik sosial jika tidak dikelola dengan baik.

Sebaliknya, daerah dengan hasil Pilkada yang lebih jelas atau paslon yang langsung menerima kekalahan sering menunjukkan tingkat stabilitas sosial yang lebih baik. Hal ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak untuk tetap mengutamakan kepentingan bersama di atas ambisi politik.

Al-Quran dalam Surat Ali 'Imran ayat 26 mengingatkan bahwa kekuasaan adalah hak prerogatif Allah:

"Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki."

Pilkada seharusnya menjadi momentum untuk mempererat kebersamaan. Polarisasi yang berkepanjangan hanya akan merugikan semua pihak. Seperti pepatah yang sering kita dengar, "Menang jadi arang, kalah jadi abu."

Pilkada bukan hanya ajang kompetisi politik, tetapi juga cerminan kedewasaan demokrasi bangsa. Semua pihak diharapkan menerima hasil dengan bijaksana, menjadikan Pilkada sebagai pijakan untuk pembangunan yang lebih baik di masa depan.***

Penulis: Pemerhati Sosial, Mantan Pengurus KNPI Jawa Barat.

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
REDAKSI Author

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow